Original story by >> Hyull
Tentang
sebuah kesetiaan, hati yang beku.
Cast
:
-
Zhivana
Daisy
-
Rizna
Lilyana Rayga
-
Zero White
Devgan
-
Zhoumy
Black Devgan
---------ENJOY THE STORY-----------
Seperti biasanya, pukul 06.00 aku harus sudah sampai di kampus. Aku Zhi,
mahasiswi di Fantastic Farmation Academy. Sebuah sekolah kesehatan elit di kota
tempat tinggal ku. Aku mengambil jurusan Farmasi, tentu saja karena yang
diunggulkan disini adalah jurusan farmasi nya. Disini aku bertemu dengan
teman-teman yang sangat baik, walau tentunya ada yang tidak baik juga.
“Wahh, gawat sudah pukul 06.00, aku harus cepatsampai kelas sebelum dosen
menyebalkan itu duluan sampai kelas. Kalau tidak aku bisa dihukum lagi nihh.”
Kataku sambil berlari di koridor kampus menuju kelas. “Ahh, untung dosen
menyebalkan itu belu sampai.” Ucap ku lega.
“Hehh, terlambat lagi?! Udah ngerjain tugas kemarin belum?” tegur Rizna,
sahabat baik ku.
“Hah, tugas apaan? Koq aku nggak dikasih tau sihh?” jawab ku agak
menyebalkan.
“Tugas makalah yang dikasih minggu kemarin, masa lupa? Hati-hati lhoo,
dihukum lagi derita Lu! Hahahahaaa” ancam Rizna.
“Ahh, bodo’. Aku kan bisa ngeles, kalaupu dihukum paling disuruh keluar
kelas. Nggak masalah lah, udah biasa.” Kakat ku menggampangkan.
“Dasar gila!” timpal Rizna.
“Pagi anak-anak?!. Kumpulkan tugas yang saya beri minggu lalu.” Kata dosen
itu tanpa basa-basi. Semua mahasiswa pun buru-buru mengumpulkannya. “Zhi, apa
kamu lupa lagi, atau tugasnya ketinggalan?” sindir dosen tersebut pada ku.
“Oh, tidak pak Arga. Kali ini tugas saya terbang terbawa angin angin dan
jatuh ke got Pak. Dan sekarang sudah hancur tak tersisa lagi. Gimana Pak?” kata
ku dengan pura-pura menyesal.
“Ya...ya.. tak ap. Tapi kamu keluar dari kelas saya sekarang dan jangan
ikuti kelas saya hari ini!” bentak nya.
“Ya sudah. Aku pergi, dahhh....” aku
memang selalu bersikap santai saat menghadapi Pak Arga yang menurut kami
seperti monster itu. Saat dihukum seperti ini, aku selalu duduk-duduk di taman
sambil membaca novel atau komik yang aku bawa. Tak terasa aku melamun kan
seseorang. Seseorang yang sangat special untukku.
“Dorrr!!!”
Ternyata Rizna mengagetkan ku. “Kenapa?” tanya nya. “Ngelamunin Zhoumy ?
ehh, by the way, gimana kabar dia sekarang? Makin ganteng atau malah makin
jelek? Hahahahaa....” ledek nya.
“ngawur! Pastinya makin ganteng dongzz. Jadi kangen nih. Kapan ya dia
kembali?” jawab ku jadi galau.
“Kangen? Emangnya kamu ngga pernah telponan lagi sama dia? Jagan-jangan dia
punya cewek lain lagi di Jerman sana?”
“Ngga mungkin lah. Memang sihh, akhir-akhir ini aku dan dia udah ngga
pernah telponan lagi. Tapi sms-an! Dia ngga pernah telpon aku, tapi kalau aku
yang telpon selalu ngga diangkat. Selalu ada aja alesannya.”
“Tuh kan, apa ku bilang!”
“Tapi dia ngga mungkin ninggalin aku gitu aja!”
Suasana pun sunyi sejenak hingga bel masuk berbunyi, kami pun berjalan ke
kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Di kelas, aku masih memikirkan apa
yang dikatakan Rizna tadi hingga aku tidak mendengar bel pulang berbunyi.
“Hey! Masih ngelamun aja. Ayo pulang. Kamu mau nginep disini?” kata Rizna
sambil memukul meja.
“iya, iya, ayo.”
“Aku nebeng ya? Boleh dong?!” kata Rizna.
Saat aku dan Rizna sampai di tempat parkir, aku melihat seorang laki-laki
yang duduk menyandar di motor ku. Dan siapa dia? Ternyata dia ..........
“Zhoumy!” teriak ku sambil berlari memeluknya. “Aku merindukannya. Kapan kau
sampai? Dengan siapa kau pulang? Kenapa tidak bilang pada ku?”
“Kalau tanya satu-satu dong. Aku baru sampai, sendirian dan aku ingin
membuat kejutan untuk mu. Mau tanya apa lagi?” tanya nya menantang.
“Kau sudah 3 tahun pergi. Beberapa bulan ini tak ada kabar kenapa?”
“HP ku hilang dan nomormu ada didalam nya. Jadi aku tak bisa menghubungi
mu.” Jelasnya.
“Bukannya kau hafal nomor ku?!” tanya ku heran.
“Hey, siapa dibelakangmu?” tanya Zhoumy.
“Oh, dia Rizna. Kau lupa dengannya?” tanya ku heran. “Bukannya kau sangat akrab
dengan nya?”
“A..aku sudah lupa wajah nya karena aku selalu terbayang kamu. Kau tau itu
kan?!” jawab nya gugup.
“Hai Zhoumy, baru datang ya? Bagaimana kabrmua?” tanya Rizna.
“Aku baik, kau sendiri?” jawab nya sambil tersenyum.
“Ya aku pun begitu. Penampilan mu sedikit berubah ya. Rambut mu berdiri
sekarang.” Canda Rizna.
“Oh, ya. Perasaan mu saja mungkin.”
“Udah lah, ngga penting tentang penampilan. Pulang yuk, udah sore nih.” Pinta
ku manja.
“Oke, aku yang depan ya” jawab Zhoumy.
“Memang kamu kesini naik apa?” tanya ku.
“Mobil.”
“Lalu..” mata ku melihat Rizna.
“Rizna bisa naik menyetir. Ya kan?” jawan Zhoumy sambil melempar kunci
mobilnya ke Rizna.
“Ya, biar aku yang bawa.”
----- o0o -----
Setelah beberapa saat kami pun sampai di rumah ku. Aneh nya Zhoumy yang
biasanya selalu mampir walau hanya beberapa menit, langsung pulang. Tappi aku
berfikir positive kalau dia harus mengantar Rizna.
-----o0o-----
Disisi lain, saat Zhoumy sudah sampai di rumah Rizna, Rizna mengajak Zoumy
masuk ke rumah dan menyilakan Zhoumy duduk.
“We are best friend!” ucap Rizna tiba-tiba.
“Hemm, kita memang teman bukan.” Kata
Zhoumy ragu.
“Kau lupa itu? Seharusnya kalau aku katakan itu, kau harus jawab for past, now, and forever. Kau lupa hal
itu?”
“Oh, ya. Maaf. Aku lupa itu. Aku terlalu lama di Jerman hingga melupakan
hal itu.”
“Jangan bohong. Aku sangat mengenal Zhoumy. Dia tidak akan melupakan
teman-temannya. Apalagi aku, temannya sejak SMP, Rizna Lilyana Rayga!”
“Apa?! Kau teman Zhoumy sejak SMP!?”
“Kenapa kau kaget?” tanya Rizna sinis.
“No, no. Aku tidak kaget.”
“Siapa kamu sebenarnya? Jawab juru! Dan jelaskan siapa yang ada dii foto
ini.” Tanya Rizna sambil melemparkan sebuah foto ke wajah laki-laki tersebut. Foto
dua laki-laki berusia sekitar 7 tahun dan mereka sangat mirip yang Rizna
temukan di dashboard mobil saat perjalanan ke rumah Zhi.
“Hemmm.. ternyata aku tidak bisa membohongi mu.” Jawabnya sambil menghela
nafas. “Baiklah, kuceritakan siapa aku. Tapi jangan kaget dan jangan marah ya.”
“Yah, entah lah. Kita lihat nanti.”
“Aku Zero adik kembar Zhoumy. Sejak lulus SD aku sudah pindah ke Amerika. Dan
kau tau kenapa aku menggantikan Zhoumy?” kata nya sambil tersenyum.
“Tentu saja tidak! Ceritakan lagi!” perintah Rizna.
“Okay, aku menggantikan Zhoumy karen hal ini adalah wasiat terakhirnya.”
“Apa!? Apa maksudmu dengan wasiat terakhir? Apa yang terjadi pada Zhoumy?”
“Saat Zhoumy mengatakan harus kuliah ke Jerman, sebenarnya dia pergi ke
Amerika untuk operasi kanker otak nya. Malangnya kanker itu sudah menjalar ke jantung, paru-paru dan hati nya. Lalu dia
.. kau tau kan?”
“Lalu kenapa kau harus menggantikan posisinya?” tanya Rizna yang tak bisa
membendung lagi air mata nya.
“Sebelum operasi di mulai, dia memintaku untuk menggantikan posisi nya
saaat operasi itu gagal. Dan sekarang inilah yang terjadi.”
“Kenapa Zhoumy tidak menceritakan hal itu? Dan harusnya kau tidak
meembohongi Zhi! Kalau saja kau tau betapa sulitnya Zhoumy meluluhkan hati Zhi
sejak awal SMA dan harus mengalami penolakan berkali-kali. Zhoumy baru bisa
meluluhkan hati Zhi saat Zhi menjadi mahasiswi semeter 3 di akademy.”
“Aku tau itu. Zhoumy sudah banyak menceritakan tentang dia dan Zhi.” Ungkap
Zero datar.
“Lalu bagaimana?”
“Bagaimana apanya?”
“Tentang Zhi?”
“Ohh, emm, dia cantaik, manis, baik.”
“Bukan itu maksud ku. Kau tidak bisa terus membohongi Zhi. Dia harus tau
yang sebenarnya. “
“Aku tau. Aku akan menceritakan yang sebenarnya setelah dia siap.”
“Sejak kapan kamu menjadi Zhoumy?”
“Sejak Zhoumy koma. Kira-kira 8 bulanlalu. Dan sekarang dia sudah meninggal
2 minggu yang lalu.”
Prang!!
Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari depan pintu.
“Zhi!” teriak Zero dan Rizna bebarengan.
Ternyata suara tersebut berasal dari helm Zhi yang terjatuh. Zhi terdiam
kaget dan lemas, air mata nya menetes.
“Sejak kapan kau disini? Kau mendengar pembicaraan kami?” tanya Rizna.
“Apa benar semua itu? Kau bukan Zhoumy? Kenapa kau membohongiku?” tanya ku
dengan marah dan sedih.
“Zhi, tenang kan dirimu dan dengarkan aku.” Pinta Zhoumy sambil membawa ku
ke tempat duduk.
“Zhi, katakan padaku apa saja yang sudah kau dengar.” Pinta Rizna lembut.
“Semuanya!” jawab ku sambil terisak. “Kenapa kau tidak menceritakan hal ini
pada ku?” teriak ku pada Zero.
“Karena Zoumy tidak mnginginkan hal ini terjadi. Dia tidak ingi kau sedih
dan menangis. Dia memaksaku untuk menjadi dia dan membuat mu bahagia.” Balas Zero.
“Lalu kenpa kau harus mau? Kenapa kau tidak menolaknya saja?” tanyaku
sambill terisak.
“Maaf kan aku. Karna aku pun bingung dengan apa yang harus ku lakukan. Sekali
lagi maafkan aku.” Ucap Zero dengan penih sesal.
“Sudahlah.” Jawabku lalu berlari pulang.
--------o0o--------
Setelah sampai di rumah, aku langsung menuju ke kamar. Aku terus menangis. Aku
tidak kuliah selama 7 hari. Saat aku mulai kuliah di akademy, ternyata aku
ditungggu oleh Zero. Dia sudah berada di depan kelas ku. Dia menahan ku masuk
kelas.
“Untuk apa kau kesini?” tanya ku ketus.
“Tolong mengertilah aku dan Zhoumy. Dia hanya ingin membuatmu bahagia. Dan kumohon
jangan seperti ini. Karena hal ini akan mengganggu Zhoumy disana.”
“Apa pedulimu!” bentakku.
“Aku peduli padamu.” Jawabnya dengan memegang kedua lengan ku. “Karna aku
menyayangimu. Sejak kita sering berkirim pesan dalam 8 bulan ini. Dan walaupun
kita baru saja bertemu. Aku tak berharap kau melupakan Zhoumy, karena aku tau
Zhoumy tidak akan pernah tergantikan. Bahkan oleh ku sekali pun.”
Aku pun terdiam kaget. Aku tak tau apa yang harus ku lakukan.
“Kau tak bisa seperti itu!” kata ku tegas lalu meninggalkannya karena dosen
ku sudah datang.
---------o0o---------
Akhirnya pelajaran berakhir dan aku pun pulang. Tapi di tempat parkir Zero
dan Rizna menungguku.
“Rizna, untuk apa kau bersamanya?” kata ku.
“Zhi, kau pun harus mengerti dia. Kau tak bisa seperti ini. Dan Zhoumy, dia
ingin adiknya menggantikannya berada disisimu. Dia ingin kau bahagia.” Jelas Rizna.
“Okey, aku tau itu. Tapi tak akan ada yang bisa menggantikan posisi Zhoumy
dihati ku karena dia tak akan pernah terganti!”
“Bagaimana kalau aku bisa mencairkan hatimu? Bagaimana kalau aku bisa
menggantikan Zhoumy dihatimu? Apa kau akan menerimaku?” tanya Zero.
“Tak akan pernah. Karna hanya Zhoumy satu-satunya orang bisa.”
“Setidaknya berilah aku kesempatan dan maafkan aku. Please! Aku akan
lakukan apa yang dilakukan Zhoumy untuk menaklukkan mu.” Janji Zero.
“Baik. Aku memaafkan mu. Tapi jangan meminta lebih dari ini.” Jawabku.
“beneran nih? Kamu kan membuka lagi hati mu?” ucap Rizna tak percaya.
“Mungkin.” Jawabku tak yakin.
“Kalau begitu, berjuanglah Zero. Aku akan selalu mendukungmu. Jangan pernah
menyerah. Semangat!” kata Rizna.
Akhirnya aku dan Rizna pulang. Begitu pula Zero.
Setelah kejadian itu, Zero tak pernah lelah mengejarku. Mengatakan cinta,
memberiku hadiah serta kejutan manis. Hampir sama dengan apa yang dilakukan
Zhoumy dulu. Hingga aku kewalahan menghadapinya.
Disela-sela hal tersebut, aku selalu teringat Zhoumy. Mengingat hal-hal yang dia lakukan hingga
membuatku jatuh padanya.
Lima tahun pun berlalu. Aku mulai menerima Zero. Hingga saat ulang tahun ku
ke-26 dia menyatakan cintanya padaku untuk kesekian kalinya di depan semua
orang yang ada di pesta ku. Termasuk didalam nya kedua orangtuaku, keluargaku,
dan Rizna tentunya. Hal itu membuat ku tak berkutik, kemudian menerimanya. Orang-orang
bersorak saat aku mengatakan “Ya.” Aku dan Zero pun menjalin hubungan seperti
saat aku bersama Zhoumy. Bukan berarti aku menganggap Zero pengganti Zhoumy. Seperti
yang pernah kukatakan, Zhoumy tidak pernah terganti. Zhoumy adalah hal terindah
yang pernah kumiliki, sedangkan Zero adalah masa depan terindah yang bersamaku.
Tak lupa Rizna, sahabat terbaikku itu pun turut berbahagia untukku dan
Zero. Selain itu juga karena dia sudah mendapatkan pasangan saat pesta ku
berlangsung yang ternyata sudah lama disukainya.
Ya, itu adalah momen terindah yang pernah kumiliki selain saat aku bersama
Zhoumy.
--------END---------