Kumpulan Hal-hal yang Menarik..... Menurut si Owner Web ^_^

Minggu, Desember 04, 2016

Kesetiaan Cinta (one shoot story)



Original story by >> Hyull

Tentang sebuah kesetiaan, hati yang beku.

Cast :
-          Zhivana Daisy
-          Rizna Lilyana Rayga
-          Zero White Devgan
-          Zhoumy Black Devgan

---------ENJOY THE STORY-----------

Seperti biasanya, pukul 06.00 aku harus sudah sampai di kampus. Aku Zhi, mahasiswi di Fantastic Farmation Academy. Sebuah sekolah kesehatan elit di kota tempat tinggal ku. Aku mengambil jurusan Farmasi, tentu saja karena yang diunggulkan disini adalah jurusan farmasi nya. Disini aku bertemu dengan teman-teman yang sangat baik, walau tentunya ada yang tidak baik juga.
“Wahh, gawat sudah pukul 06.00, aku harus cepatsampai kelas sebelum dosen menyebalkan itu duluan sampai kelas. Kalau tidak aku bisa dihukum lagi nihh.” Kataku sambil berlari di koridor kampus menuju kelas. “Ahh, untung dosen menyebalkan itu belu sampai.” Ucap ku lega.
“Hehh, terlambat lagi?! Udah ngerjain tugas kemarin belum?” tegur Rizna, sahabat baik ku.
“Hah, tugas apaan? Koq aku nggak dikasih tau sihh?” jawab ku agak menyebalkan.
“Tugas makalah yang dikasih minggu kemarin, masa lupa? Hati-hati lhoo, dihukum lagi derita Lu! Hahahahaaa” ancam Rizna.
“Ahh, bodo’. Aku kan bisa ngeles, kalaupu dihukum paling disuruh keluar kelas. Nggak masalah lah, udah biasa.” Kakat ku menggampangkan.
“Dasar gila!” timpal Rizna.
“Pagi anak-anak?!. Kumpulkan tugas yang saya beri minggu lalu.” Kata dosen itu tanpa basa-basi. Semua mahasiswa pun buru-buru mengumpulkannya. “Zhi, apa kamu lupa lagi, atau tugasnya ketinggalan?” sindir dosen tersebut pada ku.
“Oh, tidak pak Arga. Kali ini tugas saya terbang terbawa angin angin dan jatuh ke got Pak. Dan sekarang sudah hancur tak tersisa lagi. Gimana Pak?” kata ku dengan pura-pura menyesal.
“Ya...ya.. tak ap. Tapi kamu keluar dari kelas saya sekarang dan jangan ikuti kelas saya hari ini!” bentak nya.
“Ya sudah. Aku pergi, dahhh....”  aku memang selalu bersikap santai saat menghadapi Pak Arga yang menurut kami seperti monster itu. Saat dihukum seperti ini, aku selalu duduk-duduk di taman sambil membaca novel atau komik yang aku bawa. Tak terasa aku melamun kan seseorang. Seseorang yang sangat special untukku.
“Dorrr!!!”
Ternyata Rizna mengagetkan ku. “Kenapa?” tanya nya. “Ngelamunin Zhoumy ? ehh, by the way, gimana kabar dia sekarang? Makin ganteng atau malah makin jelek? Hahahahaa....” ledek nya.
“ngawur! Pastinya makin ganteng dongzz. Jadi kangen nih. Kapan ya dia kembali?” jawab ku jadi galau.
“Kangen? Emangnya kamu ngga pernah telponan lagi sama dia? Jagan-jangan dia punya cewek lain lagi di Jerman sana?”
“Ngga mungkin lah. Memang sihh, akhir-akhir ini aku dan dia udah ngga pernah telponan lagi. Tapi sms-an! Dia ngga pernah telpon aku, tapi kalau aku yang telpon selalu ngga diangkat. Selalu ada aja alesannya.”
“Tuh kan, apa ku bilang!”
“Tapi dia ngga mungkin ninggalin aku gitu aja!”
Suasana pun sunyi sejenak hingga bel masuk berbunyi, kami pun berjalan ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Di kelas, aku masih memikirkan apa yang dikatakan Rizna tadi hingga aku tidak mendengar bel pulang berbunyi.
“Hey! Masih ngelamun aja. Ayo pulang. Kamu mau nginep disini?” kata Rizna sambil memukul meja.
“iya, iya, ayo.”
“Aku nebeng ya? Boleh dong?!” kata Rizna.

Saat aku dan Rizna sampai di tempat parkir, aku melihat seorang laki-laki yang duduk menyandar di motor ku. Dan siapa dia? Ternyata dia ..........
“Zhoumy!” teriak ku sambil berlari memeluknya. “Aku merindukannya. Kapan kau sampai? Dengan siapa kau pulang? Kenapa tidak bilang pada ku?”
“Kalau tanya satu-satu dong. Aku baru sampai, sendirian dan aku ingin membuat kejutan untuk mu. Mau tanya apa lagi?” tanya nya menantang.
“Kau sudah 3 tahun pergi. Beberapa bulan ini tak ada kabar kenapa?”
“HP ku hilang dan nomormu ada didalam nya. Jadi aku tak bisa menghubungi mu.” Jelasnya.
“Bukannya kau hafal nomor ku?!” tanya ku heran.
“Hey, siapa dibelakangmu?” tanya Zhoumy.
“Oh, dia Rizna. Kau lupa dengannya?” tanya ku heran. “Bukannya kau sangat akrab dengan nya?”
“A..aku sudah lupa wajah nya karena aku selalu terbayang kamu. Kau tau itu kan?!” jawab nya gugup.
“Hai Zhoumy, baru datang ya? Bagaimana kabrmua?” tanya Rizna.
“Aku baik, kau sendiri?” jawab nya sambil tersenyum.
“Ya aku pun begitu. Penampilan mu sedikit berubah ya. Rambut mu berdiri sekarang.” Canda Rizna.
“Oh, ya. Perasaan mu saja mungkin.”
“Udah lah, ngga penting tentang penampilan. Pulang yuk, udah sore nih.” Pinta ku manja.
“Oke, aku yang depan ya” jawab Zhoumy.
“Memang kamu kesini naik apa?” tanya ku.
“Mobil.”
“Lalu..” mata ku melihat Rizna.
“Rizna bisa naik menyetir. Ya kan?” jawan Zhoumy sambil melempar kunci mobilnya ke Rizna.
“Ya, biar aku yang bawa.”

----- o0o -----

Setelah beberapa saat kami pun sampai di rumah ku. Aneh nya Zhoumy yang biasanya selalu mampir walau hanya beberapa menit, langsung pulang. Tappi aku berfikir positive kalau dia harus mengantar Rizna.

-----o0o-----

Disisi lain, saat Zhoumy sudah sampai di rumah Rizna, Rizna mengajak Zoumy masuk ke rumah dan menyilakan Zhoumy duduk.
“We are best friend!” ucap Rizna tiba-tiba.
“Hemm, kita memang teman bukan.”  Kata Zhoumy ragu.
“Kau lupa itu? Seharusnya kalau aku katakan itu, kau harus jawab for past, now, and forever. Kau lupa hal itu?”
“Oh, ya. Maaf. Aku lupa itu. Aku terlalu lama di Jerman hingga melupakan hal itu.”
“Jangan bohong. Aku sangat mengenal Zhoumy. Dia tidak akan melupakan teman-temannya. Apalagi aku, temannya sejak SMP, Rizna Lilyana Rayga!”
“Apa?! Kau teman Zhoumy sejak SMP!?”
“Kenapa kau kaget?” tanya Rizna sinis.
“No, no. Aku tidak kaget.”
“Siapa kamu sebenarnya? Jawab juru! Dan jelaskan siapa yang ada dii foto ini.” Tanya Rizna sambil melemparkan sebuah foto ke wajah laki-laki tersebut. Foto dua laki-laki berusia sekitar 7 tahun dan mereka sangat mirip yang Rizna temukan di dashboard mobil saat perjalanan ke rumah Zhi.
“Hemmm.. ternyata aku tidak bisa membohongi mu.” Jawabnya sambil menghela nafas. “Baiklah, kuceritakan siapa aku. Tapi jangan kaget dan jangan marah ya.”
“Yah, entah lah. Kita lihat nanti.”
“Aku Zero adik kembar Zhoumy. Sejak lulus SD aku sudah pindah ke Amerika. Dan kau tau kenapa aku menggantikan Zhoumy?” kata nya sambil tersenyum.
“Tentu saja tidak! Ceritakan lagi!” perintah Rizna.
“Okay, aku menggantikan Zhoumy karen hal ini adalah wasiat terakhirnya.”
“Apa!? Apa maksudmu dengan wasiat terakhir? Apa yang terjadi pada Zhoumy?”
“Saat Zhoumy mengatakan harus kuliah ke Jerman, sebenarnya dia pergi ke Amerika untuk operasi kanker otak nya. Malangnya kanker itu sudah menjalar  ke jantung, paru-paru dan hati nya. Lalu dia .. kau tau kan?”
“Lalu kenapa kau harus menggantikan posisinya?” tanya Rizna yang tak bisa membendung lagi air mata nya.
“Sebelum operasi di mulai, dia memintaku untuk menggantikan posisi nya saaat operasi itu gagal. Dan sekarang inilah yang terjadi.”
“Kenapa Zhoumy tidak menceritakan hal itu? Dan harusnya kau tidak meembohongi Zhi! Kalau saja kau tau betapa sulitnya Zhoumy meluluhkan hati Zhi sejak awal SMA dan harus mengalami penolakan berkali-kali. Zhoumy baru bisa meluluhkan hati Zhi saat Zhi menjadi mahasiswi semeter 3 di akademy.”
“Aku tau itu. Zhoumy sudah banyak menceritakan tentang dia dan Zhi.” Ungkap Zero datar.
“Lalu bagaimana?”
“Bagaimana apanya?”
“Tentang Zhi?”
“Ohh, emm, dia cantaik, manis, baik.”
“Bukan itu maksud ku. Kau tidak bisa terus membohongi Zhi. Dia harus tau yang sebenarnya. “
“Aku tau. Aku akan menceritakan yang sebenarnya setelah dia siap.”
“Sejak kapan kamu menjadi Zhoumy?”
“Sejak Zhoumy koma. Kira-kira 8 bulanlalu. Dan sekarang dia sudah meninggal 2 minggu yang lalu.”
Prang!!
Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari depan pintu.
“Zhi!” teriak Zero dan Rizna bebarengan.
Ternyata suara tersebut berasal dari helm Zhi yang terjatuh. Zhi terdiam kaget dan lemas, air mata nya menetes.
“Sejak kapan kau disini? Kau mendengar pembicaraan kami?” tanya Rizna.
“Apa benar semua itu? Kau bukan Zhoumy? Kenapa kau membohongiku?” tanya ku dengan marah dan sedih.
“Zhi, tenang kan dirimu dan dengarkan aku.” Pinta Zhoumy sambil membawa ku ke tempat duduk.
“Zhi, katakan padaku apa saja yang sudah kau dengar.” Pinta Rizna lembut.
“Semuanya!” jawab ku sambil terisak. “Kenapa kau tidak menceritakan hal ini pada ku?” teriak ku pada Zero.
“Karena Zoumy tidak mnginginkan hal ini terjadi. Dia tidak ingi kau sedih dan menangis. Dia memaksaku untuk menjadi dia dan membuat mu bahagia.” Balas Zero.
“Lalu kenpa kau harus mau? Kenapa kau tidak menolaknya saja?” tanyaku sambill terisak.
“Maaf kan aku. Karna aku pun bingung dengan apa yang harus ku lakukan. Sekali lagi maafkan aku.” Ucap Zero dengan penih sesal.
“Sudahlah.” Jawabku lalu berlari pulang.

--------o0o--------

Setelah sampai di rumah, aku langsung menuju ke kamar. Aku terus menangis. Aku tidak kuliah selama 7 hari. Saat aku mulai kuliah di akademy, ternyata aku ditungggu oleh Zero. Dia sudah berada di depan kelas ku. Dia menahan ku masuk kelas.
“Untuk apa kau kesini?” tanya ku ketus.
“Tolong mengertilah aku dan Zhoumy. Dia hanya ingin membuatmu bahagia. Dan kumohon jangan seperti ini. Karena hal ini akan mengganggu Zhoumy disana.”
“Apa pedulimu!” bentakku.
“Aku peduli padamu.” Jawabnya dengan memegang kedua lengan ku. “Karna aku menyayangimu. Sejak kita sering berkirim pesan dalam 8 bulan ini. Dan walaupun kita baru saja bertemu. Aku tak berharap kau melupakan Zhoumy, karena aku tau Zhoumy tidak akan pernah tergantikan. Bahkan oleh ku sekali pun.”
Aku pun terdiam kaget. Aku tak tau apa yang harus ku lakukan.
“Kau tak bisa seperti itu!” kata ku tegas lalu meninggalkannya karena dosen ku sudah datang.

---------o0o---------

Akhirnya pelajaran berakhir dan aku pun pulang. Tapi di tempat parkir Zero dan Rizna menungguku.
“Rizna, untuk apa kau bersamanya?” kata ku.
“Zhi, kau pun harus mengerti dia. Kau tak bisa seperti ini. Dan Zhoumy, dia ingin adiknya menggantikannya berada disisimu. Dia ingin kau bahagia.” Jelas Rizna.
“Okey, aku tau itu. Tapi tak akan ada yang bisa menggantikan posisi Zhoumy dihati ku karena dia tak akan pernah terganti!”
“Bagaimana kalau aku bisa mencairkan hatimu? Bagaimana kalau aku bisa menggantikan Zhoumy dihatimu? Apa kau akan menerimaku?” tanya Zero.
“Tak akan pernah. Karna hanya Zhoumy satu-satunya orang bisa.”
“Setidaknya berilah aku kesempatan dan maafkan aku. Please! Aku akan lakukan apa yang dilakukan Zhoumy untuk menaklukkan mu.” Janji Zero.
“Baik. Aku memaafkan mu. Tapi jangan meminta lebih dari ini.” Jawabku.
“beneran nih? Kamu kan membuka lagi hati mu?” ucap Rizna tak percaya.
“Mungkin.” Jawabku tak yakin.
“Kalau begitu, berjuanglah Zero. Aku akan selalu mendukungmu. Jangan pernah menyerah. Semangat!” kata Rizna.
Akhirnya aku dan Rizna pulang. Begitu pula Zero.
Setelah kejadian itu, Zero tak pernah lelah mengejarku. Mengatakan cinta, memberiku hadiah serta kejutan manis. Hampir sama dengan apa yang dilakukan Zhoumy dulu. Hingga aku kewalahan menghadapinya.
Disela-sela hal tersebut, aku selalu teringat Zhoumy.  Mengingat hal-hal yang dia lakukan hingga membuatku jatuh padanya.
Lima tahun pun berlalu. Aku mulai menerima Zero. Hingga saat ulang tahun ku ke-26 dia menyatakan cintanya padaku untuk kesekian kalinya di depan semua orang yang ada di pesta ku. Termasuk didalam nya kedua orangtuaku, keluargaku, dan Rizna tentunya. Hal itu membuat ku tak berkutik, kemudian menerimanya. Orang-orang bersorak saat aku mengatakan “Ya.” Aku dan Zero pun menjalin hubungan seperti saat aku bersama Zhoumy. Bukan berarti aku menganggap Zero pengganti Zhoumy. Seperti yang pernah kukatakan, Zhoumy tidak pernah terganti. Zhoumy adalah hal terindah yang pernah kumiliki, sedangkan Zero adalah masa depan terindah yang bersamaku.
Tak lupa Rizna, sahabat terbaikku itu pun turut berbahagia untukku dan Zero. Selain itu juga karena dia sudah mendapatkan pasangan saat pesta ku berlangsung yang ternyata sudah lama disukainya.
Ya, itu adalah momen terindah yang pernah kumiliki selain saat aku bersama Zhoumy.
--------END---------